..some words..

semua yang terlintas dan terpikir di imajinasi seorang tnt.. :)

Senin, 31 Mei 2010

tong sampah

melihat tong sampah..baru melihatnya saja terkadang sudah merasa jijik, mulai dari tempatnya yang terkadang sangat tidak menarik, hingga isinya yang tentunya berisi sampah. Ya, "sampah" bagi orang-orang yang tak lagi membutuhkan "sampah" itu.

beranjak dari filosofi sampah, saya tiba-tiba bertanya, suatu pertanyaan bodoh mungkin,tapi.. adakah yang bisa menjawab? siapakah penemu tong sampah? hm.. bukan apa-apa. mungkin sebelum ada tong sampah, orang membuang sampah di sembarang tempat (bisa jadi, di zaman purbakala dulu :)), atau membuang di suatu tempat, lalu dibakar atau ditimbun, atau..membuang sampah di kantong kresek yang kemudian dibuang lagi oleh sang mantan pemilik sampah ke bantaran kali ciliwung..yiaaakss..

yang jelas, siapapun penemunya, saya sangat kagum. kagum karena berkat tong sampah, lingkungan menjadi lebih bersih. berkat tong sampah, petugas kebersihan tidak perlu repot-repot mengumpulkan sampah, cukup dengan mengambil sampah yang ada di tong sampah. dengan membuang sampah di tong sampah, berarti ikut mengatasi banjir. berkat tong sampah, perusahaan-perusahaan tertentu (misal, telkom bandung) menjadi tergerak untuk melakukan kegiatan corporate social responsibility (CSR) melalui penempatan tong sampah di jalan supratman bandung, plus tulisan "Telkom Peduli" pada masing-masing tong sampah. menarik bukan.. :)

nah, jika di era serba modern sekarang ini, seharusnya masyarakat bisa lebih peduli terhadap lingkungan sekitarnya, termasuk tong sampah. jangan karena "ia adalah tong sampah", lalu keberadaannya terlihat kotor, kotor dimakan zaman dan bertahan dengan perubahan cuaca (ini untuk tong sampah diarea terbuka ya..:)). jangan biarkan tong sampah hanya sebagai pajangan tua, yang keberadaannya pun kerap kali diabaikan. menurut saya, masyarakat yang modern berawal dari masyarakat yang bersih, yang berarti peduli pada lingkungan sekitarnya, yang berarti pula sangat membutuhkan kehadiran "tong sampah". mari, jika yang saya sebut diatas masih sulit untuk direalisasikan, mulailah dengan tidak membuang sampah sembarangan. usahakan mencari tempat pembuangan sampah terdekat (salah satunya tong sampah). biasakan membawa kantong kresek kemanapun anda pergi, sehingga jika ada tempat pembuangan sampah, bisa langsung dibuang (bukan dibuang di sungai atau di kali yaa.. :)). mulailah gerakan menyediakan tong sampah setiap 5 atau 6 meter di lingkungan anda (misal, di lingkungan RT/RW), karena dengan adanya tong sampah disekitar kita, orang semakin tergerak untuk membuang samapah di tong sampah..

tong sampah mungkin hanyalah "tempat untuk membuang sampah". namun jasanya luar biasa, dan seperti jasa para pahlawan, jangan sia-siakan keberadaannya yaa..:)

Minggu, 30 Mei 2010

sedang suka dan sangat suka lirik lagu ini.. ;)

Seems like it was yesterday
When I saw your face
You told me how proud you were,
But I walked away
If only I knew what I know today
Ooh, ooh

I would hold you in my arms
I would take the pain away
Thank you for all you've done
Forgive all your mistakes
There's nothing I wouldn't do
To hear your voice again
Sometimes I wanna call you
But I know you won't be there

Oh, I'm sorry for blaming you
For everything I just couldn't do
And I've hurt myself by hurting you

Some days I feel broke inside
But I won't admit
Sometimes I just wanna hide
'Cause it's you I miss
And it's so hard to say goodbye
When it comes to this, ooh

Would you tell me I was wrong?
Would you help understand?
Are you looking down upon me?
Are you proud of who I am?

There's nothing I wouldn't do
To have just one more chance
To look into your eyes
And see you looking back

Oh, I'm sorry for blaming you
For everything I just couldn't do
And I've hurt myself, oh

If I had just one more day
I would tell you how much that I've missed you
Since you've been away
Ooh, it's dangerous
It's so out of line
To try and turn back time

I'm sorry for blaming you
For everything I just couldn't do
And I've hurt myself..
By hurting you

Selasa, 25 Mei 2010

keringat pagi hari

Lelah aku di musim panas..
Matahari pagi..
Sengati indah bumi..

Mungkin ku menyerah..
Mungkin ku pasrah..
Semua..
Atas mentari pagi..

Peluh keringat..
Nafas meningkat..
Debu melekat..
Dan semua hanyalah…
Asa..

Akhirnya ku menemukanmu..
Di tempat jauh dari ramai pasar..
Peluhmu..tak buyarkan harapanmu..
Tuk menungguku..
Hingga sore tiba..

Sabtu, 22 Mei 2010

nelangsa

nelangsa..
datang saat raga haus keramaian..
bersama angin malam menggerus resah..
tercipta hampa..

puing-puing jiwa menggeliat dan teriak ingin terbang saja..
hanya raga yang tersiksa dan nelangsa..

dunia tetap berputar..
mentari memberi harapan..
dan malam menghapus senja..

pesakitan itu masih disini..
raga yang ditinggalkan puing-puing jiwa..
tangis saja tak cukup mewakili nasib..

karena nelangsa merebut merenggut nyawa yang hilang arah..

(tnt)

Kamis, 13 Mei 2010

rasa tak terbagi

tidak ada lagi yang bisa kubagikan..
selain kejujuran hati..
namun semua hilang..
bersama realita hidup..
karena kita semakin jauh..
hanya rasa yang terbagi..
kau tolak dengan kata..
"tuliskan saja semua"..


lalu apalagi yang dapat kubagikan..
selain senyum getir menahan rasa
yang tak dapat kubagikan..

Selasa, 11 Mei 2010

bukan aku, tapi mereka

hati kecewa..
jika bukan hanya "aku"..
tapi "mereka"..
tapi siapa "aku"..
hanya bagian dari "mereka"
dimatamu..
nice moment for ever met u..

Selasa, 04 Mei 2010

Kebaikan kecil sang Petugas Trans Jakarta

“Permisi, ya, Pak. Dahulukan orang tua untuk duduk”, sapa seorang petugas Trans Jakarta kepada seorang pemuda yang sedang duduk dengan sopan dan ramah.

Siang itu memang Trans Jakarta jurusan Kampung Melayu-Kampung Rambutan terasa sesak. Puluhan orang berdesak-desakan berdiri dengan tangan berpegangan pada tiang gantungan sambil menahan posisi badan masing-masing agar tidak terjatuh saat bus mendadak nge-rem. Pemandangan yang luar biasa bagiku. Luar biasa, karena baru kali ini aku berada di antara desakan penumpang Trans Jakarta selama dua bulan aku di Jakarta. Luar biasa, karena hari itu hari Minggu, hari yang menurutku seharusnya jalanan tampak lebih sepi, tapi pengecualian untuk “kota 24-jam 7 hari ”, malah macet seperti hari-hari kerja. Luar biasa, karena sang supir bus terlihat tidak peduli dengan keramaian penumpangnya yang terlihat dari gaya nyetir yang kerap kali nge-rem mendadak. Luar biasa, karena ada tiga orang sepuh (sebut saja:nenek) yang berdiri di antara desakan orang tersebut. Dan lebih luar biasa, karena ada kebaikan kecil dari seorang petugas Trans Jakarta siang itu.
Dengan wajah agak merah karena malu, si pemuda akhirnya beranjak dari tempat duduk dan mempersilahkan sang nenek untuk duduk di tempat duduknya. "Kagum", kata itu yang terbesit dalam benakku saat itu. Kagum karena petugas Trans Jakarta itu peduli dengan para penumpangnya, khususnya nenek tadi.
Belum selesai rasa kagumku pada si petugas, bis berhenti di halte Jatinegara. Pintu Trans pun terbuka secara otomatis. Beberapa orang yang tampak kelelahan menunggu di halte tersebut terlihat kecewa melihat bis yang mereka tunggu terlalu sesak untuk dimasuki. “Nggak cukup ya, Mas?” tanya seorang wanita, salah satu penumpang yang menunggu di halte tersebut. Dengan sigap dan ramah sang petugas menjawab “Maaf Ibu, sudah penuh, silahkan menunggu di pemberhentian berikutnya”. “Masih lama, nggak yang dibelakang?” tanya si Ibu sambil menengok ke samping (baca: belakang bis) dengan wajah memelas, Lagi-lagi dengan ramah dan senyum di bibirnya si petugas menjawab “Tunggu saja Ibu, tidak lama lagi, terima kasih”.
Sungguh, kali ini aku tidak hanya kagum, tapi takjub. Mungkin menurut Anda berlebihan. Tapi, itulah yang saya rasa saat itu. Hal yang saya petik saat itu adalah, untuk peduli dengan sesama itu tidak sulit. Lihatlah lingkungan sekitar. Seperti yang ia “contohkan” kepada saya dan mungkin juga penumpang lain yang memperhatikan tingkah laku petugas tersebut. Ia tidak tega melihat nenek yang berdiri berdesakan diantara penumpang bis lainnya.
Hal lain yang saya petik adalah “cintai pekerjaanmu, sekecil apapun pekerjaanmu itu dimata orang lain, maka kamu akan terlihat berharga karena mencintai pekerjaanmu sendiri”. Mungkin yang dilakukan petugas tersebut sederhana, sekedar memberikan penjelasan kepada penumpang yang menunggu di halte untuk lebih bersabar. Tapi, tanpa ia sadari (mungkin), penjelasan yang ia lakukan itu adalah hal yang seharusnya di lakukan petugas lainnya. Penumpang butuh kejelasan keberangkatan, penumpang butuh kesabaran lebih besar untuk menunggu, dan ia menenangkan penumpangnya. Tanpa ia sadari, sang nenek seharusnya duduk karena terlalu letih untuk berdiri. Dan.. tanpa ia sadari, ia mengajarkan kebaikan kecil namun bernilai luar biasa buat orang disekitarnya, termasuk saya.

kenapa..

kenapa datang..
jika akhirnya pergi juga..
kenapa memberi harapan..
jika hanya membuatku jatuh lagi..
kenapa menyejukkan..
jika pergi dan aku kembali gersang..
kenapa bangkit sendiri..
dan aku diberi jalan yang tak pasti..
kenapa episode ini ada kau..
enyah saja jika hanya mampir sementara..
kenapa..

aku tau kau, aku tau aku

aku tau, dalam senyummu,guratan sedih itu ada..
tapi kau tetap tersenyum..
aku tau, dalam tawamu, tangis kecewa sempat menghampirimu..
tapi kau tetap tertawa..
aku tau, dalam nasihatmu, sesungguhnya sugesti untuk membuatmu lebih tangguh..
tapi kau tetap memberi nasihat..
dan aku tahu, dalam gelak candamu, adalah canda untuk hatimu yang pilu..
tapi candamu untuk candaku..

biarkan aku memahamamimu..
dengan caraku..
dengan doaku..
dengan hatiku..

biarkan aku memahami hatimu..
cintamu..jiwa dan ragamu..

biarkan aku mencintaimu dengan rasa yang aku punya..

karena aku tau..
aku sedang, dan akan di dalam hatimu..
selamanya..