..some words..

semua yang terlintas dan terpikir di imajinasi seorang tnt.. :)

Selasa, 04 Mei 2010

Kebaikan kecil sang Petugas Trans Jakarta

“Permisi, ya, Pak. Dahulukan orang tua untuk duduk”, sapa seorang petugas Trans Jakarta kepada seorang pemuda yang sedang duduk dengan sopan dan ramah.

Siang itu memang Trans Jakarta jurusan Kampung Melayu-Kampung Rambutan terasa sesak. Puluhan orang berdesak-desakan berdiri dengan tangan berpegangan pada tiang gantungan sambil menahan posisi badan masing-masing agar tidak terjatuh saat bus mendadak nge-rem. Pemandangan yang luar biasa bagiku. Luar biasa, karena baru kali ini aku berada di antara desakan penumpang Trans Jakarta selama dua bulan aku di Jakarta. Luar biasa, karena hari itu hari Minggu, hari yang menurutku seharusnya jalanan tampak lebih sepi, tapi pengecualian untuk “kota 24-jam 7 hari ”, malah macet seperti hari-hari kerja. Luar biasa, karena sang supir bus terlihat tidak peduli dengan keramaian penumpangnya yang terlihat dari gaya nyetir yang kerap kali nge-rem mendadak. Luar biasa, karena ada tiga orang sepuh (sebut saja:nenek) yang berdiri di antara desakan orang tersebut. Dan lebih luar biasa, karena ada kebaikan kecil dari seorang petugas Trans Jakarta siang itu.
Dengan wajah agak merah karena malu, si pemuda akhirnya beranjak dari tempat duduk dan mempersilahkan sang nenek untuk duduk di tempat duduknya. "Kagum", kata itu yang terbesit dalam benakku saat itu. Kagum karena petugas Trans Jakarta itu peduli dengan para penumpangnya, khususnya nenek tadi.
Belum selesai rasa kagumku pada si petugas, bis berhenti di halte Jatinegara. Pintu Trans pun terbuka secara otomatis. Beberapa orang yang tampak kelelahan menunggu di halte tersebut terlihat kecewa melihat bis yang mereka tunggu terlalu sesak untuk dimasuki. “Nggak cukup ya, Mas?” tanya seorang wanita, salah satu penumpang yang menunggu di halte tersebut. Dengan sigap dan ramah sang petugas menjawab “Maaf Ibu, sudah penuh, silahkan menunggu di pemberhentian berikutnya”. “Masih lama, nggak yang dibelakang?” tanya si Ibu sambil menengok ke samping (baca: belakang bis) dengan wajah memelas, Lagi-lagi dengan ramah dan senyum di bibirnya si petugas menjawab “Tunggu saja Ibu, tidak lama lagi, terima kasih”.
Sungguh, kali ini aku tidak hanya kagum, tapi takjub. Mungkin menurut Anda berlebihan. Tapi, itulah yang saya rasa saat itu. Hal yang saya petik saat itu adalah, untuk peduli dengan sesama itu tidak sulit. Lihatlah lingkungan sekitar. Seperti yang ia “contohkan” kepada saya dan mungkin juga penumpang lain yang memperhatikan tingkah laku petugas tersebut. Ia tidak tega melihat nenek yang berdiri berdesakan diantara penumpang bis lainnya.
Hal lain yang saya petik adalah “cintai pekerjaanmu, sekecil apapun pekerjaanmu itu dimata orang lain, maka kamu akan terlihat berharga karena mencintai pekerjaanmu sendiri”. Mungkin yang dilakukan petugas tersebut sederhana, sekedar memberikan penjelasan kepada penumpang yang menunggu di halte untuk lebih bersabar. Tapi, tanpa ia sadari (mungkin), penjelasan yang ia lakukan itu adalah hal yang seharusnya di lakukan petugas lainnya. Penumpang butuh kejelasan keberangkatan, penumpang butuh kesabaran lebih besar untuk menunggu, dan ia menenangkan penumpangnya. Tanpa ia sadari, sang nenek seharusnya duduk karena terlalu letih untuk berdiri. Dan.. tanpa ia sadari, ia mengajarkan kebaikan kecil namun bernilai luar biasa buat orang disekitarnya, termasuk saya.

1 komentar:

  1. Nice story,..
    Semoga menjadi pelajaran bagi kita yang selama ini sibuk mengejar hal-hal besar tanpa memperdulikan nilai-nilai kecil namun sangat berarti dalam kehidupan sosial.
    ^_^

    BalasHapus